Pantai Perawan – Eksplorasi tim Jelajah Seribu Pantai (JSP) Jawa Pos Radar Malang di Kecamatan Sumbermanjing Wetan berkahir di Pantai Perawan, Sidoasri. Perjalanan tim JSP dari Pantai Tamban, Desa Tambakrejo menuju Pantai Perawan membutuhkan waktu sekitar dua jam menempuh 40 kilometer. Sebab satu-satunya jalan harus memutar arah Desa Kedungbanteng menembus Desa Tambakasri baru masuk Desa Sidoasri. Kondisi jalan dari Desa Tambakrejo sampai Desa Tambakasri sangat bagus, beraspal mulus. Hanya jalannya sempit melewati tanjakan dan turuan yang cukup curam. Ketika mobil Chvrolet Colorado 2.500 cc yang ditumpangi tim JSP berpapasan dengan mobil lain, harus ada yang mengalah minggir. Tak mungkin untuk berjalan bersamaan. Kondisi jalan mulai tak bagus gronjal-gronjal ketika menuju Desa Sidoasri. Sebagian jalan memang sudah dicor, namun lainnya rusak parah. Butuh extra hati-hati bagi pengendara jika melalui jalan menuju Sidoasri.
Karena tanjakan dan jalan menurun cukup curam. Kanan kiri jalan dipenuhi tebing dan jurang. Namun dipenuhi tetumbuhan produktif seperti cengkeh, kopi, coklat, kelapa, dan segala jenis pohon-pohon besar lain. Sekitar satu kilometer menjelang pantai, jalan semakin parah. Tidak ada lagi tanjakan, jalan cukup mendatar, namun kondisinya berlobang karena tanah persawahan dan hanya cukup untuk satu mobil saja. “Kedepan jalan menuju pantai ada dua jalur, satu jalan alterbatif masih kami carikan,” ungkap Sih Reno Wibowo, kades Sidoasri.
Sulitnya medan jalan yang dilewati tim JSP langsung terobati begitu mendekat ke bibir pantai. Sebab, kondisi pantai benar-benar masih alami. Disisi kanan dan kiri pantai dipenuhi pepohonan hijau nan rindang. Tebing-tebing juga cukup rimbun dengan berbagai macam pohon besar. Pantai ini benar-benar seperti gadis ayu yang belum terjamah tangan-tangan nakal. Pasir putih memanjang sekitar satu kilometeran terlihat bersih mulus. Tak salah kalau pantai ini disebut dengan nama Pantai Perawan. “Nama pantai itu yang memberi adalah mahasiswa Unmer ketika dating ke sini beberapa tahun silam,” tandas Reno Wibowo.
Keasrian dan alami pantai serta kemolekan view inilah yang sempat menggoda sejumlah investor untuk masuk menjadi pengelola. Sejumlah investor sudah mengajukan permohonan kepada pihak desa agar diberi hak mengelola pantai. “Namun saya tidak akan melepaskan pantai ini ke tangan pihak ketiga atau investor. Saya ingin memberdayakan masyarakat kami dulu. Makanya kami sudah menunjuk karang taruna untuk mengelola pantai itu,” tegas Reno Wibowo.